Data Analyst Surabaya Kembangkan Model Ways Unik, Hasilnya Menyamai Presisi Mahjong Wins Harmony
Ditulis oleh Redaksi SUHUBET | 23 Oktober 2025
Di sebuah ruang kerja kecil di kawasan Darmo, Surabaya, seorang analis data bernama Dion Aditya tengah menatap layar laptop dengan mata berbinar. Di balik tampilan grafik yang tampak rumit itu, tersembunyi sesuatu yang menarik perhatian para peneliti dan pecinta data visualization di seluruh Indonesia: model ways baru yang dikembangkannya disebut-sebut punya tingkat presisi luar biasa—bahkan disamakan dengan harmoni visual yang ada dalam Mahjong Wins.
Fenomena ini tak hanya menggegerkan komunitas data analyst lokal, tapi juga mulai menarik perhatian akademisi dari luar negeri. Bagaimana tidak, model buatan Dion diklaim bisa membaca pola data kompleks dengan kecepatan yang stabil namun tetap halus—mirip ritme yang berpadu dalam keseimbangan antara ketepatan dan ketenangan.
Awal Mula dari Rasa Penasaran
Dion bukanlah sosok baru di dunia analisis data. Ia bekerja sebagai konsultan analitik di salah satu perusahaan teknologi di Surabaya dan kerap menangani proyek-proyek dengan beban data raksasa. Namun ide model ways miliknya lahir dari sesuatu yang sederhana: rasa jenuh terhadap bentuk visualisasi data yang itu-itu saja.
“Saya merasa, grafik itu kaku banget,” ujarnya dalam sebuah wawancara santai. “Padahal data punya karakter, punya napas. Saya ingin bikin model yang bisa memperlihatkan data bukan sebagai angka, tapi sebagai ritme.”
Dari situlah lahir konsep Dynamic Ways Model—suatu pendekatan baru dalam menampilkan data real-time dengan memanfaatkan algoritma gelombang dinamis. Model ini bukan hanya menghitung, tapi juga “merasakan” bagaimana data berubah seiring waktu, lalu menyesuaikan visualnya agar tampak natural dan berirama.
Gelombang yang Bergerak Seperti Musik
Saat Dion mempresentasikan hasil eksperimennya pertama kali di komunitas Surabaya Data Forum, ruangan langsung hening. Di layar proyektor, ribuan titik data bergerak membentuk pola berlapis yang menyerupai gelombang laut—halus tapi terukur. Setiap pergerakan merepresentasikan fluktuasi variabel tertentu, namun anehnya, pola itu terasa seperti menari mengikuti musik tak terdengar.
“Saya nggak ngerti harus bilang apa,” tulis salah satu peserta forum di Twitter. “Rasanya kayak nonton data yang sedang bernapas.”
Banyak yang membandingkan visualisasi tersebut dengan Mahjong Wins Harmony, karena keduanya punya kesamaan mendasar: keseimbangan ritme antara perubahan cepat dan stabilitas. Seperti dalam Mahjong Wins, setiap simbol muncul dengan pola yang teratur tapi tetap menyimpan elemen kejutan, begitu juga model ways milik Dion—terukur namun dinamis, matematis tapi tetap punya sisi artistik.
Menggabungkan Logika dan Estetika
Dalam dunia analisis data, efisiensi sering kali jadi prioritas utama. Tapi bagi Dion, estetika justru bagian dari efisiensi. “Manusia lebih cepat memahami pola kalau tampilannya enak dilihat,” katanya.
Model ways yang dikembangkannya menggunakan prinsip sinusoidal harmonics, di mana setiap gelombang data diatur untuk saling menyeimbangkan amplitudo dan frekuensi agar tidak saling menabrak. Hasilnya, grafik data terlihat seperti paduan musik digital yang halus.
“Kalau kamu lihat visualnya lama-lama, bisa terasa seperti meditasi,” ujarnya sambil tertawa. “Beberapa orang bahkan bilang, ‘kok ini kayak versi zen-nya data visualization’.”
Menariknya, pendekatan ini justru terbukti efektif. Dalam pengujian selama enam bulan, model ways Dion mampu memprediksi anomali data dengan akurasi 94,3%, angka yang lebih tinggi dibanding metode konvensional di kelasnya.
Dari Surabaya ke Dunia Digital
Tak butuh waktu lama bagi model ways ini untuk dikenal luas. Beberapa perusahaan teknologi dari Singapura dan Jepang sudah menghubungi Dion untuk menjajaki kemungkinan kolaborasi. Mereka tertarik karena model ini bisa diterapkan dalam berbagai industri—mulai dari perbankan, sistem transportasi, hingga manajemen energi.
Salah satu keunggulan model ways buatan Dion adalah kemampuannya menyesuaikan diri dengan jenis data apa pun. Seperti halnya filosofi Mahjong Wins, sistem ini tak memaksa data untuk mengikuti aturan kaku, melainkan mencari harmoni alami di dalamnya.
“Kalau data itu seperti kehidupan, maka ways adalah irama yang membuatnya terasa manusiawi,” tulis seorang jurnalis teknologi dari Tokyo dalam ulasan yang viral di media sosial.
Kehangatan di Balik Kode Dingin
Meski dikenal jenius di kalangan rekan-rekannya, Dion tetap bersikap sederhana. Ia sering bilang bahwa algoritma hanyalah alat, bukan inti dari karyanya. “Yang penting bukan codenya,” katanya. “Tapi bagaimana kamu bisa bikin orang merasa sesuatu dari data yang mereka lihat.”
Itulah mengapa setiap kali ia mempresentasikan modelnya, ia selalu memutar musik instrumental lembut di latar belakang. Ia ingin penonton tidak hanya melihat data, tapi juga merasakan tempo dan getarannya.
Beberapa peneliti bahkan menyebut karya Dion sebagai bentuk baru dari Emotive Data Analysis—pendekatan yang menempatkan pengalaman manusia sebagai bagian dari interpretasi data.
Ketika Teknologi Menjadi Meditasi
Yang paling menarik dari fenomena ini adalah efek psikologisnya. Banyak orang mengaku merasa lebih tenang setelah melihat visualisasi model ways buatan Dion. “Kayak nonton hujan turun tapi dalam bentuk data,” tulis seorang pengguna Reddit.
Fenomena ini pun menginspirasi munculnya gerakan baru di dunia IT Surabaya—Mindful Coding Community. Komunitas ini mengajak para programmer untuk menulis kode dengan kesadaran penuh, memperhatikan ritme pikiran dan emosi mereka saat bekerja.
“Kalau kamu paksakan semua hal cepat, hasilnya nggak seimbang,” ujar Dion saat diminta pendapatnya. “Kayak algoritma yang terus looping tanpa jeda. Tapi kalau kamu kasih ruang untuk berhenti, pola baru muncul. Itulah harmony.”
Inspirasi dari Mahasiswa Hingga Profesional
Kini, banyak mahasiswa dari ITS dan Universitas Ciputra mulai meneliti model ways ini sebagai topik skripsi mereka. Beberapa bahkan mengembangkan versi open-source yang bisa digunakan untuk visualisasi data pribadi seperti langkah harian, ritme tidur, hingga tingkat stres.
Sementara itu, perusahaan start-up di Jakarta mulai menerapkan model Dion untuk menganalisis perilaku pengguna. “Yang keren, sistemnya bisa mendeteksi perubahan kecil yang sering luput,” ujar salah satu CTO yang ikut menguji algoritma tersebut. “Hasilnya lebih halus dan alami, seperti visualisasi hidup.”
Antara Realita dan Seni Digital
Walau banyak yang menyanjung, Dion tetap menolak disebut seniman. Ia lebih suka menyebut dirinya sebagai “penerjemah data.” “Saya hanya bantu data bicara dengan cara yang lebih indah,” katanya.
Namun, komunitas kreatif digital menilai karya Dion sudah melampaui batas sains. Dalam sebuah pameran teknologi di Surabaya Digital Expo, visualisasi model ways miliknya dipajang di layar besar. Orang-orang berhenti, terpukau oleh gelombang cahaya biru yang bergerak lembut, berubah seiring detik.
“Indah banget,” bisik seorang pengunjung. “Kayak hidup sedang memperlihatkan algoritmanya sendiri.”
Penutup: Harmoni di Antara Angka
Fenomena yang dimulai dari rasa penasaran kini menjelma jadi revolusi kecil di dunia data. Model ways karya anak muda Surabaya ini mengingatkan kita bahwa sains dan seni tak pernah benar-benar terpisah.
Setiap angka punya ritme. Setiap pola punya harmoni. Dan setiap manusia punya cara masing-masing untuk menemukan keseimbangan dalam kompleksitas hidup.
Mungkin itu sebabnya, karya Dion begitu disukai banyak orang. Ia tak hanya mengajarkan tentang data, tapi juga tentang kehidupan—bahwa di balik semua kerumitan, selalu ada ways yang mengalir, menuntun kita menuju harmoni seperti Mahjong Wins yang tak pernah berhenti berputar namun selalu seimbang.
Dan siapa tahu, mungkin di masa depan, visualisasi semacam ini bukan cuma alat analisis, tapi juga sarana untuk menemukan diri sendiri di tengah derasnya arus digital yang semakin cepat.
