Apa itu Demam Berdarah Dengue DBD?
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dengan nyamuk Aedes sp. sebagai vektor utama penyakit tersebut. Virus Dengue termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviridae. Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang, 24 diantaranya meninggal. Awal tahun 2005, tercatat 28.224 kasus demam berdarah terjadi di seluruh Indonesia, dengan jumlah kematian 348 orang. Kasus ini meningkat hingga awal Oktober 2005, dimana di 33 provinsi kasus ini mencapai 50.196 kasus, dengan 701 diantaranya meninggal dunia. Daerah yang terkena demam berdarah terbesar di Indonesia adalah DKI Jakarta.
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh. Gejala klinis yang ditunjukan yaitu demam tinggi secara terus menerus selama 2-7 hari, sianosis (warna kebiruan) di sekitar mulut, bagian ujung jari terasa dingin dan adanya rasa gelisah pada pasien.
Mengenal Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat berperan sebagai vektor berbagai macam penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD). Walaupun beberapa spesies dari Aedes sp. dapat berperan sebagai vektor, tetapi Aedes aegypti merupakan vektor utama dalam penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue. Virus Dengue mampu bereplikasi dalam tubuh manusia, hewan lain seperti monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmot, tikus, hamster dan nyamuk. Virus bereplikasi dengan baik pada nyamuk genus Aedes aegypti.
Sumber : https://entomologytoday.org
Nyamuk ini dikenal juga sebagai Tiger mosquito atau Black White Mosquito karena tubuhnya mempunyai ciri khas adanya garis-garis dan bercak putih keperakan di bagian sisi tubuh dan bagian kaki nya yang berwarna hitam. Mulut nyamuk termasuk tipe menusuk dan mengisap ( rasping – sucking). Hanya nyamuk betina yang mengisap darah, sedangkan nyamuk jantan mengisap sari-sari tumbuhan. Kebiasaan mengisap darah pada nyamuk Aedes aegypti umumnya dilakukan pada siang hari (diurnal) dengan dua puncak gigitan yaitu jam 08:00-09:00 dan jam 16:00-17:00.
Taxonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Cullcidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
Siklus Hidup
Aedes aegypti mengalami metamorfosis lengkap / metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa Telur, Larva (beberapa instar), Pupa dan Dewasa. Telur Aedes aegypti tidak mempunyai pelampung dan diletakkan satu persatu di atas permukaan air, dan telur tersebut akan menetas dalam waktu 1 hari, kemudian menjadi larva. Tahap larva berlangsung selama 7 hari. Larva menggantungkan dirinya pada permukaan air untuk mendapatkan oksigen dari udara. Larva menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat kali dan berubah menjadi pupa sesudah tujuh hari. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila terganggu. Pupa akan berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Dalam waktu dua atau tiga hari perkembangan pupa sudah sempurna, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa muda segera keluar dan terbang.
Sumber : www.scientificillustator.com
Tempat Perindukan Nyamuk
Aedes aegypti termasuk nyamuk yang aktif pada siang hari dan biasanya akan berkembangbiak dan meletakkan telurnya pada tempat-tempat penampungan air bersih atau genangan air hujan misalnya bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga (di lingkungan dalam rumah, sekolah, perkantoran) , kaleng bekas, kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah , pagar bambo, kulit buah (rambutan, tempurung kelapa ), ban bekas ataupun semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih. Aedes aegypti dewasa hidup dan mencari mangsa di dalam lingkungan rumah atau bangunan. Jarak terbang maksimum antara breeding place dengan sumber makanan pada Aedes aegypti antara 50 sampai 100 mil. Umumnya nyamuk tertarik oleh cahaya terang, pakaian berwarna gelap, suhu yang hangat serta lembab serta tertarik dengan CO hasil pernapasan mamalia.
Pengendalian Nyamuk untuk Mencegah Penyakit DBD
Kimiawi:
Menggunakan insektisida yang dapat diaplikasikan dalam bentuk spray terhadap rumah-rumah penduduk. Selain itu, dapat juga menggunakan larvasida untuk larva Aedes aegypti yaitu dari golongan organophosphor (bahan aktif Temephos) dalam bentuk sand granules yang dilarutkan dalam air di tempat perindukannya ( tindakan abatisasi).
Radiasi:
Pengendalian secara radiasi dilakukan dengan bahan radioaktif dosis tertentu terhadap nyamuk dewasa jantan sehingga menjadi mandul
Lingkungan :
Memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah serta menggalakkan gerakan 3 M yaitu menguras tempat-tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam paling sedikit seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa, menanam atau menimbun dalam tanah barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.
Sumber:
- Candra A. 2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Risiko Penularan. Jurnal Aspirator. 2(2):110-119
- Fathi, Keman S, Wahyuni C. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(1): 1-10
- Hadi Uk, Soviana S, Gunandini Dd. 2012. Aktivitas Nokturnal Vektor Demam Berdarah Dengue di Beberapa Daerah di Indonesia. Jurnal Entomologi Indonesia. 9(1): 1-6
- Palgunadi B, Rahayu A. 2011. Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2(1): 1-100
- Yudhastuti R, Vidiyani A. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1(2): 170-181